Sunday, November 1, 2009

SERTIFIKASI HALAL

Sumber :Sumut Pos
13:09 | Sunday, 1 November 2009

Awasi Orang Masak Hingga Menyembelih Ayam

SERTIFIKASI HALAL:
Imam menunjukkan sertifikasi halal yang dikeluarkan oleh lembaganya. //AKHMAD ZAINI / jpnn

Supervesor Sertifikasi Halal di Perth asal Indonesia

Di negara yang mayoritas penduduknya non Muslim seperti Perth, Australia Barat, keberadaan lembaga yang memberikan sertifikasi halal sangat penting artinya bagi umat Islam yang ada di daerah itu. Dan ternyata, salah satu orang yang berada di balik lembaga penting itu adalah orang Indonesia.

AKHMAD ZAINI, Perth

Sedan Mercedes Benz cat putih ber henti di depan bangunan tua di 7 Malvern Road, Rivervale, Perth Australia. Setelah pintu kanan depan mobil tersebut terbuka, seorang laki-laki bersorban keluar dari mobil keluaran tahun 1999-an dan langsung bergegas menuju bangunan tua yang ternyata sebuah masjid.

Di depan bangunan yang mirip rumah tersebut tidak ada tulisan masjid atau nama masjid (Al-Ikhlas, misalnya) seperti di Indonesia. Di tembok bagian atas hanya ada tulisan Islamic Council. Begitu juga dengan kubah, juga tidak ada. Sehingga, kalau hanya lewat sekilas, orang pasti tidak mengenali kalau itu sebuah masjid

Kendati kondisinya tidak terlalu layak, namun masjid tersebut tidak sulit dicari. Ini karena kondisinya yang masih di tengah-tengah kota Perth.

“Bangunan ini bekas rumah. Memang tidak mengalami perubahan yang berarti. Hanya sekat-sekat di dalamnya sudah tidak ada lagi,” jelas laki-laki yang keluar dari mobil tadi. Setelah berkenalan, laki-laki tersebut ternyata bernama Imam Abdul Jalil Ahmad. Dia adalah imam di masjid tersebut.

Hari itu (Kamis, 29/10), saya yang sedang meliput Dialog Antar Iman di Perth, memang sengaja “membolos” dan janjian untuk ketemu dia. Karena menurut informasi dari para mahasiswa Indonesia di Perth, Imam termasuk salah satu tokoh Islam di Perth yang cukup dikenal. Dia memimpin salah satu lembaga (semuanya ada lima) yang dipercaya memberikan sertivikasi halal bagi rumah makan (restoran), super market/mini market, penjual daging atau roti, sea food, dan lain sebagainya yang ada di Perth.

Imam menceritakan kalau dirinya datang ke Perth pada 1986. Dia berasal dari Pidi, Nonggroe Aceh Darussalam. Selepas lulus dari Fakultas Tarbiyah IAIN Arraniry, Aceh, pria kelahiran 11 Agustus 1955 tersebut merantau ke Malaysia. Dari Malaysia itulah dia mendapatkan tawaran untuk menjadi imam masjid di Perth.

“Saat itu, imamnya cuti. Jadi, saya diminta untuk menggantikan,” kata Imam. Dari sanalah dia akhirnya terbang ke Perth. Saat ini, dia berstatus penduduk tetap.
Imam mengatakan, keberadaan lembaganya cukup penting bagi masyarakat di Perth. Maklum, di negara yang mayoritas penduduknya non muslim, mencari dan mengenali makanan halal tidaklah mudah.

“Seperti daging ayam atau sapi. Kendati daging dari dua binatang itu halal bagi umat Islam, namun cara penyembelihannya sangat menentukan halal-tidaknya daging tersebut untuk dikosumsi,” kata bapak lima anak ini.

Karena itu, sertifikat halal yang dikeluarga sebuah lembaga seperti The Islamic Council of Western Australia, tempat di mana Imam mengabdikan diri sangat penting. Karena dari sanalah sebuah makanan bisa dipastikan ke halalannya.

Imam menuturkan, untuk mengeluarkan sertifikasi halal, dirinya sebagai supervisor sangat hati-hati. Selain meneliti bahan-bahan makanan tersebut dengan teliti, dirinya juga melakukan pemantauan terhadap proses pengolahannya.

“Untuk daging sapi atau ayam, kami memantau saat hewan tersebut disembelih. Penyembelihnya juga kami tanya agamanya. Orang itu harus muslim. Orang tersebut juga harus mengetahui tata cara menyembelih hewan ternak,” jelasnya.

Lalu, bagaimana cara masyarakat mengetahui kalau sebuah makanan telah mendapatkan sertivikasi halal dari The Islamic Council” “Biasanya, penjual akan menempelkan sertivikasi halal di depan pintu rumah makan, atau toko,” terang Imam.

Imam menuturkan, kendati jumlahnya belum banyak, perkembangan umat Islam di Perth cukup menggembicarakan. Sejak peristiwa 11 September (gedung WTC New York dibom), jumlah umat Islam terus bertambah. “Setelah peristiwa itu, setiap bulan rata-rata saya mengislamkan 3 orang. Padahal sebelumnya, paling satu atau bahkan tidak ada,” kata Imam. Jumlah itu semakin banyak karena banyak mahasiswa Indonesia yang mengambil study di kota yang cukup lenggang ini.
Selain bisa melihat langsung sertifikat halal di toko atau rumah makan, pihak Islam Council juga mengeluarkan buku panduan yang berisi daftar toko atau rumah makan yang telah mendapatkan sertivikasi halal. Selain mencantumkan nama toko, buku tersebut juga mencantumkan alamat serta nomor telepon yang bisa dihubungi.

“Setiap tahun buku itu kita perbaharui. Sebab, toko atau rumah makan yang mengajukan untuk mendapatkan sertifikasi halal terus bertambah,” kata Imam yang mengaku masih rindu untuk kembali ke tanah kelahirannya Aceh ini.

Harian Sumut Pos

Poskota